Wonoreegae - Dibawah ini rangkuman atau resume materi Perspektif Global Tugas kuliah Universitas Terbuka.
Mohon maaf apabila ada kekeliruan dalam menyebut referensi, kami ambil dari sumber dan hanya untuk berbagi, jadi silahkan untuk di copy-paste, dan cantumkan Sumber Resume Perspektif Global
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Pengajaran IPS bersumber dari masyarakat yang meliputi pertumbuhan,
perkembangan, dan kemajuan kehidupan termasuk segala aspek dengan
permasalahannya. Dengan demikian, pengajaran IPS tidak akan kehabisan materi
untuk dibahas dan dipermasalahkan. Materi tersebut bukan hanya apa yang terjadi
hari ini, melainkan juga yang telah terjadi pada masa lampau, dan lebih jauh
pada masa yang akan datang. Ditinjau dari lingkup wilayahnya, meliputi apa yang
terjadi setempat secara lokal, nasional, regional sampai ke tingkat global. Hal
tersebut jadi perhatian dan lahan garapan pengajaran IPS.
Kemajuan
IPTEK telah membantu kita manusia “melihat” pristiwa dan permasalahan kehidupan
yang secara fisik tidak ada dihadapan kita. Dengan bantuan IPTEK itu juga, kita
manusia mampu menganalisis, memprediksi, dan meyakini pristiwa serta
permasalahan diluar jangkauan pikiran yang melekat pada diri masing-masing.
Oleh karena
itu, kita selaku guru IPS harus memperhitungkan dan mengatisipasinya. Janganlah
anda puas dengan materi yang telah ada. Katakanlah jenis pakaian, “celana
jeans” yang semula merupakan pakaian pengembala sapi(cowboy), para mekanik
bengkel, dewasa ini telah menjadi mode dimana-mana termasuk di Indonesia,
kenyataan yang demikian itu merupakan hal yang harus diperhatikan pada
pembwelajaran IPS, khususnya dalam membahas dan memberikan pengertian tentang
globalisasi.
1.2. Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah :
1.
Apa saja isu-isu global dalam pembelajaran IPS SD ?
2.
Apa manfaat mempelajari isu-isu global dalam
pembelajaran IPS SD ?
3.
Bagaimana menyampaikan isu global di kelas ?
1.3. Tujuan
Adapun
tujuan yang ingin di capai adalah:
1.
Untuk mengetahui isu-isu global dalam pembelajaran IPS
SD.
2.
Mengetahui manfaat mempelajari isu-isu global dalam
pembelajaran IPS SD.
3.
Mengetahu cara menyampaikan isu-isu global dikelas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Isu – isu
Global dalam Pembelajaran IPS SD
Telah kita
sadari bahwa pengajaran IPS bersumber dari masyarakat yang meliputi
pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan kehidupan termasuk segala aspek dengan
permasalahannya.Dengan demikian, pengajaran IPS tidak akan kehabisan materi
untuk dibahas dan dipermasalahkan. Materi tersebut bukan hanya apa yang terjadi
hari ini, melainkan juga yang telah terjadi pada masa lampau, dan lebih jauh
pada masa yang akan datang. Ditinjau dari lingkup wilayahnya, meliputi apa yang
terjadi secara lokal, nasional, regional sampai ke tingkat global. Hal tersebut
jadi perhatian dan lahan garapan pengajaran IPS.
Kemajuan IPTEK telah membantu kita manusia “melihat” pristiwa dan
permasalahan kehidupan yang secara fisik tidak ada dihadapan kita. Dengan
bantuan IPTEK itu juga, kita manusia mampu menganalisis, memprediksi, dan
meyakini pristiwa serta permasalahn diluar jangkauan pikiran yang melekat pada
diri masing-masing.
Oleh karena
itu, kita selaku guru IPS harus memperhitungkan dan mengatisipasinya. Janganlah
anda puas dengan materi yang telah ada. Katakanlah jenis pakaian, “celana
jeans” yang semula merupakan pakaian pengembala sapi (cowboy), para mekanik
bengkel, dewasa ini telah menjadi mode dimana-mana termasuk di Indonesia,
kenyataan yang demikian itu merupakan hal yang harus diperhatikan pada
pembelajaran IPS, khususnya dalam membahas dan memberikan pengertian tentang
globalisasi .
Melalui
penggunaan dan kemajuan IPTEK dibidang komunikasi- transportasi serta
multimedia, kontak antar manusia dan pergerakan barang, berita serta informasi
dari satu belahan bumi ke belahan bumi lainnya telah berlangsung intensif dan
ekstensif. Hubungan antara kawasan itu seolah-olah tidak ada batas lagi,
sehingga MARSAL MacNcluhan (Russel L. Ackoff: 1974 : 5) menyatakan sebagai
“dusun global” (global village).
Proses globalisasi yang merambah antar ruang dan waktu yang menjadi faktor
utamanya terletak pada penduduk manusia dengan pertumbuhannya. Mengapa Penduduk
dengan pertumbuhannya itu di katakan sebagai faktor utama terjadinya proses
globalisasi? Pertumbuhan kuantitatif(jumlah) penduduk di mana pun di dunia ini
, selalu di ikuti oleh pertumbuhan kebutuhannya, untuk memenuhi kebutuhan ini,
manusia melakukan penjelajahan di permukaan bumi dalam upaya mendapatkan sumber
daya yang akan menjaminnya. Penjelajahan antar ruang dalam upaya sumber daya,
khususnya Sumber Daya Alam (SDA) itu, tidak hanya dengan jalan kaki dan
memanfaatkan jasa penarik beban, melainkan telah mendorong pula penemuan serta
rekayasa alat komunikasi-transportasi yang makin lama makin canggih. Penggunaan
alat komunukasi-transportasi (darat, laut, udara) ini, menjadi dasar pula
kontak manusia dan pertukaran bahan dan barang pemenuhan kebutuhan.
Ada dan
tersedianya sumber daya alam sebagai alat pemenuh kebutuhan penduduk, tidak
dengan sendirinya memakmurkan masyarakat setempat, melainkan masih dipengaruhi
oleh kemampuan mengolah dan memanfaatkannya.kembali pada kemampuan SDM
menerapkan IPTEK dalam mengolah SDA untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan
demikian, menjadi kenyataan SDA itu menjamin kesejahteraan, sangat dipengaruhi
oleh kemampuan SDM mengembangkan budaya dalam bentuk penerapan IPTEK mengolah
SDA tadi bagi kepentingan hidupnya. Henry J. Warman (Gabler R.E. : 1966: 13-16)
yaitu bahwa “sumber daya itu dibatasi secara budaya” (culturally defined
resources).
Jika kita
menganalisis dan mengamati adanya masyarakat, Negara, bangsa yang miskin serta
kaya, belum tentu karena pemilikan potensi SDA di Negara tersebut juga miskin
atau kaya. Masyarakat miskin dan kaya itu lebih banyak ditentukan oleh
kemampuan SDM mengolah serta memanfaatkan SDA. Masyarakat, Negara-negara,
bangsa di pedalaman afrika sebagian masih dalam keadaan “miskin”, bukan karena
potensi SDA setempat rendah tetapi karena SDM nya yang masih rendah,
kebalikannya, jepang, singapura dan hongkong yang memiliki sedikit SDA tetapi
memiliki potensi SDM yang unggul. Jjika kita melihat pada Indonesia yang
terkenal dengan”gemah ripah loh jinawi”, karena terkenal dengan kekayaan SDA
hayati yang melimpah serta non-hayati yang cukup potensial, namun kekayaan SDA
tadi, tidak menjadi kemakmuran yang tinggi bagi masyarakat Indonesia, kelemahan
ini terletak pada SDM Indonesia yang masih lemah.
Perbedaan
kelompok masyarakat, Negara-negara berdasarkan kemampuan penerapan IPTEK itu
dalam proses kegiatan industry, ada yang masih tahap primer, sekunder dan ada
yang telah mencapai tahap tersier. Negara seperti singapura dan hongkong
merupakan tempat central pada jalan raya dunia, dibanding dengan wellington dan
port Moresby di papua guinea yang terpencil diluar jalur jalan raya. Dari
kajian lokasi suatu tempat atau suatu kawasan, kita akan mengerti berbagi hal
seperti dinamika gerak masyarakat, pendapatan penduduk dan daerah, tingkat
kemajuan pendidikan, gejolak politik, serta aspek-aspek kehidupan lainnya.
Oleh karena
itu kita akan memahami “konsep” yang dikemukakan oleh Getrude Whipple (Preston
E. James: 1959: 155), yaitu “pentingnya kedudukan lokasi dalam memahami
peristiwa dunia” (the importance of location in understanding world
affairs). Dengan mengamati, meneliti, dan menganalisis lokasi suatu tempat
atau kawasan atau bahkan Negara, kita akan dapat memahami peristiwa dunia
(social, politik,ekonomi dan budaya) tempat, kawasan serta Negara yang
bersangkutan.
Pada
pembelajaran IPS, kita harus juga memperhatikan konteks keruangan (spatial
contex). Dalam hal ini kita mengembangkan pengertian bagaimana manusia
berperilaku (perilaku keruangan, spatial behavior), bergerak pindah
tempat (migrasi), bertindak (memanfaatkan atau merusak lingkungan), dan
berjuang (mempertahankan diri,merebut, menguasai) dari satu kawasan ke satu
kawasan lain.
Ditinjau
dari dinamikanya dari waktu kewaktu, mengamati, dan menganalisis fenomena
kehidupan dalam konteks keruangan itu dalam pembelajaran IPS, itu belum cukup.
Kita harus menelaah dari perkembangan dari waktu ke waktu dari zaman ke zaman,
dengan cara demikian itu kita akan mengetahui dinamika perkembangan dengan
dinamika dan permasalahannya.
Aspek
sejarah dalam pembelajaran IPS bermakna untuk memahami hubungan antara suatu
peristiwa dengan kurunnya, dan juga perkembangan peristiwa itu dari waktu ke
waktu. Dari mempelajari peristiwa kehidupan dengan perkembangan kurunnya, kita
akan mampu “meramalkan” bagaimana kecenderungan kehidupan masyarakat-bangsa itu
dihari-hari mendatang.ramalan disini di dasarkan atas perhitungan-perhitungan rasional-intelektual,
bukan atas dasar “para normal”. dewasa ini telah berkembang suatu kemampuan dan
kiat meramal yang disebut futorologi.
Pembahasan
tadi memisahkan antara konteks keruangan dan lingkup waktu. Dalam kenyataan
sesungguhnya, kedua aspek itu ruang dan waktu tidak dapat dipisahkan. Oleh karena
itu, Emmanuel Kant, seorang pakar filsafat yang sekaligus juga sejarawan
dan geografiwan mengemukakan bahwa sejarah dan geografi itu
merupakan “ilmu dwitunggal”. Untuk memahami suatu fenomena ataupun masalah
kehidupan secara akurat, kita harus mengetahui ”dimana “ fenomena atau masalah
yang terjadi, “kapan” fenomena atau masalah itu berlangsung. Dengan demikian,
kita akan memiliki pemahaman sifat dan kualitas fenomena atau masalah yang kita
kaji berhubungan dengan ruang dan lokasinya serta dinamikanya sesuai dengan
perkembangan waktu dari ruangnya kita dapat menganalisis perkembangan mulai
dari tingkat lokal, regional sampai ke tingkat global. Sedangkan dari proses
waktunya mulai dari masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang. Dengan
demikian, kita tidak hanya memiliki wawasan keruangan (persfektif keruangan,
spatial perspective) melainkan juga wawasan waktu (persfektif waktu, time
perspective). Tuntutan kemampuan global pada pengajaran IPS, meliputi kemampuan
keduanya.
Berbagai
fenomena kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan lingkungan hidup
seperti antara lain penyakit AIDS, pengangguran, kemajuan IPTEK, pertikaian
antarsuku bangsa, pencernaan, tidak hanya ditinjau dari lokasi tempat atau
negaranny, melainkan juga dikaji kapan fenomena itu terjadi. Oleh karena itu,
selain kita mengetahui konteks keruangannya (lokal, regional, global), juga
kita akan mampu memprediksinya dihari-hari mendatang. Dengan demikian, kita
akan memahami persfektif global itu juga meliputi perkembangannya dimasa yang
akan datang. Pembelajaran IPS secara terpadu, harus mencakup aspek-aspek itu.
2.2. Menyampaikan
Wacana Global di Kelas
Idealnya wacana global disampaikan keseluruh lapisan masyarakat. Untuk
proses ini penulis pandang relatif sulit sebab seperti penulis sampaikan di
atas pada generasi tertentu (lanjut) merasa tidak atau kurang berkepentingan
dengan wacana karena banyak tuntutan hidup yang lebih mendesak. Menurut hemat
penulis, wacana global paling tepat disampaikan pada generasi yang sedang
menempuh pendidikan, dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi dengan porsi
yang berbeda-beda.
Dalam pembelajaran wacana global di kelas hambatan yang mungkin adalah: pertama;
belum adanya kurikulum yang secara eksplisit memuat setiap wacana yang
berkembang, kedua; belum semua guru tahu dan memahami berbagai wacana
global yang ada, ketiga; pada daerah tertentu sumber-sumber wacana belum
ada, dan keempat; ketiadaan sisipan wacana dalam berbagai mata
pelajaran.
Idealnya diperlukan kurikulum yang memuat mata pelajaran wacana sehingga
peserta didik selalu mendapatkan wacana yang segar, namun ketiadaan mata
pelajaran wacana sejatinya dapat diantisipasi oleh guru mata pelajaran yang
lain. Mata pelajaran bahasa, sosiologi, antropologi, IPS (untuk SD), dan
kewarganegaraan sesungguhnya mata pelajaran yang potensial untuk disisipi
wacana.
Mata pelajaran bahasa misalnya dapat disisipi bacaan yang berisi wacana
sehingga pembelajaran bahasa sekaligus pembelajaran wacana. Untuk mata
pelajaran sosiologi, antropologi, IPS (untuk SD), dan kewarganegaraan sudah
tentu sangat mudah disisipi wacana global dengan dianalisis sesuai pisau bedah
mata pelajaran itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kemajuan dan pemanfaatan IPTEK dalam bidang komunikasi, transportasi,
multimedia, kamera dan pemotretan jarak jauh, teropong serta pengindraan dari
satelit, telah memperluas cakrawala pandang manusia yang memperkaya materi
pelajaran IPS
Kontak antar
manusia, berita dan informasi baik secara langsung maupun tidak langsung
memperluas cara pandang manusia melalui tingkat lokal, regional, sampai global,
yang berguna untuk membina perspektif global dalam diri manusia.
Fenomena dan
masalah kehidupan dipermukaan bumi merupakan proses yang berkembang dalam ruang
tertentu pada perjalanan dari waktu ke waktu. Kenyataan yang demikian,
merupakan perpaduan jalinan antara faktor ruang dengan faktor waktu yang
mencirikan karakter aspek kehidupan tersebut. Fenomena itu, merupakan hal yang
menarik bagi pembelajaran IPS.
3.2. Saran
Dengan mempelajari isu-isu global ini diharapakan kita sebagi calon guru
dapat mengetahui isu-isu global yang ter up-date. Kami menyadari makalah ini
masih perlu banyak perbaikan. kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat kami harapkan.
Daftar Pustaka
Sumaatmadja, Nursid dkk. ( 2009). Perspektif Global. Jakarta : Universitas
Terbuka.
LAMPIRAN
Belajar melalui pendidikan global dapat diintegrasikan dalam pendidikan IPS
dengan berbagai cara. Ada lima cara penekanan yang dapat dilakukan guru dalam
mengorganisasikan pola pengajaran, ialah dengan memberi tekanan pada:
• Monokultural (monocultural)
• Monokultural (monocultural)
• Pengalaman
(experience)
• Kontribusi
(contributions)
• Antar
budaya (intercultural)
• Perorangan
(personal)
1) Melalui Monokultural
Pendidikan global ini merupakan pengkajian yang mendalam tentang suatu
budaya. Tujuannya adalah membantu siswa agar lebih peduli terhadap masyarakat
lain. Materi yang dibahas disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa sekolah
dasar atau berdasarkan tingkat kelas.
Pelajaran yang dirancang berdasarkan pada monokultural dapat dengan mudah
disisipkan dalam kurikulum IPS di sekolah dasar. Beberapa materi di atas dapat
dimodifikasi oleh guru, misalnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
sesuai dengan tingkatan kelas anak-anak.
2) Melalui Pengalaman
Apabila pendekatan monokultural memberikan gambaran yang komprahensif
tentang suatu budaya atau etnis tertentu, maka pendekatan pengalaman
(experience) cenderung untuk tidak memperhatikan anggota satu kelompok
masyarakat melainkan bagaimana peristiwa yang pernah dialami itu mempengaruhi
sikap dan perilakunya. Kuatnya peristiwa mempengaruhi perspektif anak dibahas
sebagai ciri yang manusiawi.
Ada dua cara
mengorganisir bahan pelajaran, ialah melalui cerita pengalaman dan studi kasus.
1.
Cerita pengalaman
Cerita pengalaman lebih baik apabila disajikan di kelas 5 atau kelas 6.
Anak-anak dapat mempersiapkan cerita pengalaman sebagai tugas (pekerjaan
rumah), misalnya menceritakan pengalamannya pada saat berada di luar Jawa atau
luar negeri atau dengan cara mewawancarai orang lain yang berasal dari luar
Jawa atau luar negeri.
2.
Studi kasus
Pendekatan ini melibatkan para siswa dalam studi tentang satu atau lebih
aspek budaya tetapi yang mengandung hal-hal yang unik.
3.
Melalui kontribusi
Pendekatan ini menekankan pada apa saja kontribusi bangsa lain terhadap
budaya kita. Menurut para sejarahwan bahwa Negara kita banyak mendapat
kontribusi atau pengaruh dari bangsa lain disamping kita juga telah memiliki
aneka ragam budaya.
Melalui pendekatan ini para siswa diajak untuk menyadari hal-hal apa saja
negara kita telah mendapat pengaruh dari bangsa lain dan hal-hal apa saja kita
telah memberikan pengaruh terhadap bangsa lain. Pendidikan global berusaha
membantu para siswa mengapresiasi kontribusi-kontribusi yang terjadi baik pada
masa lampau, kini maupun pada masa mendatang.
4.
Melalui antarkultural
Pendekatan ini melibatkan para siswa dalam belajar dengan cara membantu
mereka membandingkan dan mengkontraskan bagaimana budaya yang beraneka ragam
itu dapat menjawab isu-isu yang muncul. Pelajaran disusun untuk membantu para
siswa dalam mengapresiasi orang lain dalam menghadapi tantangan sehari-hari dan
mengembangkan cara-cara menanggapinya. Teknik pengajaran yang dilakukan oleh
guru dapat melalui tabel.
5.
Melalui perorangan
Banyak anak yang sering kontak dengan anak lain yang berasal dari daerah
atau negara lain. Mungkin karena anak itu mempunyai saudara atau masih satu
keluarga sehingga sering berhubungan atau surat-menyurat. Dengan demikian,
anak-anak itu hidup dalam lingkungan masyarakat global (dunia). Namun, ada pula
anak yang tidak pernah mengetahui bagaimana kehidupan orang yang berbeda di
belahan dunia lain. Ia tidak mengetahui bahwa di daerah atau negara lain pun
banyak anak-anak seusianya yang berbeda dalam cara hidupnya.
Untuk membantu anak-anak mengenal budaya orang lain, guru dapat
mempergunakan media, misalnya globe, peta, foto dan barang-barang hasil karya
orang lain (pakaian, makanan, kendaraan, binatang, dsb).
Terdapat pandangan sebagian orang yang keliru terhadap ilmu sosial bukan
merupakan berita baru. Hal ini dikarenakan secara epistimologinya dianggap
tidak mampu memecahkan patologi sosial yang terjadi di masyarakat. Ketika
pelajar bahkan masyarakat tidak mendapatkan apa yang diinginkan atau tidak
mendapatkan pelayanan sosial, mereka juga akan menjustifikasi ilmu yang satu
ini, termasuk dalam kepincangan bidang politik di Indonesia dan perilaku yang
kurang beradab (anti sosial) oleh sebagian masyarakat, maka selalu saja
mengumpat eksistensi aktualisasi dari ilmu-ilmu sosial.
Persoalannya bukan tidak dimasukannya IPS dalam Unas, akan tetapi bagaimana
ilmu ini menjawab tantangan dan perubahan masyarakat yang dinamis. Menurut
Saidiharjo (2004) Pendidikan Ilmu Sosial bertujuan agar peserta didik mampu
mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sosial yang berguna bagi
kemajuan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Melalui pembelajaran Ilmu sosial (geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi,
kewarganegaraan, antropologi), diharapkan peserta didik menjadi lebih matang
secara emosional, berpikir rasional, memiliki keterampilan sosial dan
intelektual sehingga mampu melahirkan keputusan-keputusan yang tepat
berdasarkan situasi dan kondisi yang dialami.
Pembelajaran IPS harus ber-perspektif global. Perpektif global merupakan
pandangan dimana guru dan murid secara bersama-sama mengembangkan perspektif
dan keterampilan untuk menyelidiki suatu yang berkaitan dengan isu global.
(Idealnya tercermin dalam motto “ thingking globally and act locally”).
Kumpulan para pakar ilmu sosial seluruh dunia yang berpusat di Amerika yang
tergabung dalam wadah “ National Council for the Sosial Studies “ ( NCSS) pada
tahun 1994 memberikan sejumlah rambu-rambu kapan pembelajaran IPS akan menjadi
sangat kuat (powerful) apabila; 1) Terasa bermakna, yaitu bila siswa mampu
menghubungkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dipelajari di sekolah dan
luar sekolah, penyampaian bahan ajar ditujukan pada pemahaman, apresiasi dan
aplikasinya dalam kehidupan.2) Pendekatan Integratif, yaitu terintegrasi
pengetahuan, ketrampilan, sikap, nilai, kepercayaan dan keperbuatan nyata, 3)
Berbasis nilai, khususnya menyangkut isu kontroversial yang memberikan ruang
berefleksi dan bereaksi sebagai anggota masyarakat, bersikap kritis terhadap
isu dan kebijakan sosial, serta menghargai perbedaan pandangan, 4) Bersifat
menantang; siswa ditantang untuk mencapai tujuan pembelajaran baik secara
individual maupun sebagai anggota kelompok, guru sebagai model untuk mencapai
kualitas sesuai standar yang diinginkan, guru lebih menghargai pendapat siswa
dengan alasan yang baik daripada pendapat asal-asalan.dan 5) Bersifat aktif,
memberi kesempatan berfikir dan terlibat dalam pengambilan keputusan selama
pembelajaran, pengajaran harus berbasis aktivitas yang dapat ditemui di
lingkungan sosial.
Perasaan malas siswa terhadap pelajaran IPS yang “over load” (tanpa seleksi
dan adaptasi) sering diidentikan dengan pelajaran hafalan, mungkin didasarkan
pada responden terkondisi, yaitu melihat simbol hafalan menimbulkan emosi
negatif diri siswa, dan inilah yang kerap kali menghalangi siswa untuk belajar
efektif. Sesungguhnya lingkungan dapat menjadi berpasangan dengan suatu
stimulus yang menimbulkan respon-respon emosional positif. Kata-kata guru IPS
yang ramah, metode pengajaran yang bagus, pendekatan yang bersifat aktif dan
menantang serta terasa bermakna dapat mencegah mereka dari belajar
respons-respons yang tidak diinginkan.
Baca juga:
Advertisement
Advertisement
Bagikan ke orang lain!!