KEGIATAN KEGIATAN BERBICARA DALAM KONTEKS ARGUMENTASI
I. PENDAHULUAN
A. BERBICARA
Bahasa  merupakan  alat  bagi  manusia  dalam  memproses  ujaran, mengekspresikan  diri,  mengungkapkan  gagasan-gagasan,  dan  perasaan-perasaannnya.  Selain  itu  bahasa  pada  hakikatnya  berfungsi  sosial,  maka  hasil pendidikan bahasa yang terpenting adalah kemampuan siswa untuk menggunakan bahasanya. Dalam  menggunakan  bahasanya,  manusia  diharapkan  dapat  aktif  dan kreatif  dalam  berbicara.  Berbicara  merupakan  aktivitas  berbahasa  kedua  yang dilakukan  manusia  dalam  kehidupan  berbahasa,  yaitu  setelah  aktivitas mendengarkan.  Berdasarkan  bunyi-bunyi  (bahasa)  yang  didengarnya  itulah kemudian  manusia  belajar  mengucapkan  dan  akhirnya  mampu  untuk  berbicara. Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa yang baik, pembicara harus menguasai lafal,  struktur,  dan  kosakata  yang  bersangkutan.  Di  samping  itu,  diperlukan  juga penguasaan masalah dan atau gagasan  yang akan disampaikan, serta kemampuan memahami lawan bicara (Nurgiyantoro, 2001:276).  Dengan  kata  lain,  berbicara  merupakan  suatu  proses  penyampaian informasi,  ide  atau  gagasan  dari  pembicara  kepada  pendengar.  Si  pembicara berkedudukan  sebagai  komunikator  sedangkan  pendengar  sebagai  komunikan. Informasi  yang  disampaikan  secara  lisan  dapat  diterima  oleh  pendengar  apabila pembicara  mampu  menyampaikannya  dengan  baik  dan  benar.  Dengan  demikian, kemampuan  berbicara  merupakan  faktor  yang  sangat  mempengaruhi  kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan. 
Berbicara  adalah  kemampuan  mengucapkan  bunyi-bunyi  artikulasi  atau kata-kata  untuk  mengekspresikan,  menyatakan  pendapat  serta  pikiran,  gagasan dan  perasaan.  (Tarigan,  1981:15).  Dalam  berbicara  seseorang  menyampaikan informasi melalui suara atau bunyi bahasa. Dalam kehidupan sehari-hari ternyata manusia  dihadapkan  dengan  berbagai  kegiatan  yang  menuntut  keterampilan berbicara.  Oleh  sebab  itu,  keterampilan  berbicara  merupakan  salah  satu  aspek keterampilan berbahasa yang berperan penting dalam kehidupan sehari-sehari.  Keterampilan  berbicara  pada  hakikatnya  merupakan  keterampilan mereproduksi  arus  sistem  bunyi  artikulasi  untuk  menyampaikan  kehendak, kebutuhan, perasaan dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan peralatan  vokal  seseorang  (selaput  udara,  lidah,  bibir,  hidung,  dan  telinga) merupakan  persyaratan  ilmiah  yang  mengizinkannya  dapat  memproduksi  suatu ragam yang luas dari bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur,  benar,  dan  bertanggung  jawab  dengan  melenyapkan  problema  kejiwaan seperti  rasa  malu,  rendah  diri,  ketegangan,  dan  berat  lidah  (Mukhsin  Ahmadi, 1990:18).
B. ARGUMENTASI
Argumentasi  merupakan  suatu  tindakan  yang  mempengaruhi  suatu  sikap dan pendapat seseorang agar mereka  yang mendengar ikut percaya dan meyakini dengan  apa  yang  diutarakan.  Argumentasi  adalah  pendapat  yang  mengutarakan alasan  untuk  membuktikan  sesuatu  dengan  maksud  meyakinkan  orang  lain  akan sesuatu atau mendorongnya untuk berbuat sesuai dengan keyakinan itu. Parera  (dalam  Novianti,  2007:22)  mengemukakan  pendapat  atau berargumentasi adalah kemampuan menggunakan bahasa dengan baik, tepat, dan seksama.  Mengemukakan  pendapat  yang  baik  berarti  mengemukakan  pendapat dalam konteks  yang masuk akal atau logis. Sebuah pendapat dikatakan logis jika pendapat tersebut berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Argumentasi bertujuan membuktikan suatu kebenaran sehingga orang lain meyakinkan  kebenaran  itu.  Argumentasi  menguraikan  suatu  rangkaian  hasil proses berpikir dan menghubungakan fakta-fakta secara jelas, logis dan sistematis. Dengan  demikian,  selain  menentukan  kejelasan,  argumentasi  memerlukan kebenaran  fakta-fakta  yang  dikemukakan  supaya  dapat  diterima  dan  dibenarkan oleh orang lain.
B. HUBUNGAN KEGIATAN BERBICARA DALAM KONTEKS ARGUMENTASI
Seperti kita ketahui penjelasan tersebut diatas bahwa adanya hubungan keterkaitan antara kegiatan berbicara dalam konteks argumentasi, sehingga dengan berbicara kita bisa memberikan pendapat atau argumentasi terhadap suatu pembicaraan, Contoh pada Pelaksanaan Debat pada kegiatan ini komunikasi dua arah, Pelaksanaan debat terdapat dua kelompok yaitu Tim Afirmatif ( Pro ) dan Tim Negatif ( Kontra ). Dalam Pelaksanaan debat akan diadakan dua macam pembicaraan  yaitu pertama  presentasi/pemaparan dan yang kedua silang pendapat. Pada pelaksanaan presentasi yaitu masing-masing kelompok diberikan kesempatan mempresentasikan makalah / pandangan kelompoknya terhadap masalah yang dibahas yang diawali oleh Tim Afirmatif / Kelompok Pro dan di lanjutkan oleh Tim Negatif / Kelompok Kontra dengan waktu 5 – 7 menit untuk masing-masing tim. Setelah masing-masing tim memaparkan pandangan timnya terhadap masalah yang dibahas maka dilanjutkan dengan proses silang pendapat.
Proses kedua adalah proses silang pendapat yaitu perbedaan pendapat yang berseberangan dimana kedua tim akan mengadu argumentasi untuk menjatuhkan lawan dan mempertahankan argumentasi dari serangan lawan. Tim Afirmatif/Tim Pro akan menyampaikan argumentasi yang mendukukung topik yang dibahas, sedangkan Tim Negatif/Tim Kontra akan selalu berusaha menyanggah. Dengan demikian satu tim akan mempertahankan dukungan terhadap topik yang dibahas dan pihak lain berusaha menyanggah dan begitu seterusnya. Silang pendapat ini merupakan kegiatan utama dari suatu debat. Silang pendapat ini dimulai setelah moderator memberikan kesempatan kepada pembicara utama dari  Pihak Tim Afirmatif untuk menyampaikan pikiran yang dirumuskan secara sederhana, jelas, teliti dan sistematis yang mendukung tema dengan waktu yang tidak terlalu lama. Selanjutnya giliran pihak Negatif menyampaikan usulnya berupa sangkalan untuk meyakinkan lawannya/pendengar untuk mengikuti pendapatnya.
Pembagian tugas masing-masing tim biasanya sebagai berikut :
1. Tim Afirmatif pertama : 
1. menyampaikan pandangan kelompoknya dengan mendifinisikan topik/penyampaian makalah
2. menyampaikan alur pikiran logis mengenai topik yang dibahas
3. menyampaikan ringkasan/inti pembicaraan
4. Tim Negatif  pertama : 
1. menyampaikan pandangan kelompoknya dengan mendifinisikan topik/penyampaian makalah
2. menyampaikan alur pikiran logis argumentasi tim negatif
3. menyampaikan ringkasan/inti pembicaraan
4. Tim Afirmatif  kedua : 
1. menyanggah argumentasi pertama yang disampaikan oleh TA 1
2. mempertahankan difinisi jika TN 1 menentang
3. menegaskan kembali argumentasi utam tim afirmatif
4. Tim Negatif kedua 
1. Mengemukakan argumentasi dan materi baru
2. Menyampaikan pokok-pokok argumentasi materi baru tim negatif
Demikian seterusnya dilakukan secara bergantian sampai seluruh peserta mendapat giliran. Sebelum debat ditutup setiap kelompok diberikan kesempatan menyampaikan hasil kesimpulan untuk menekankan dan menetapkan pendirian pembicara/Tim yang diawali penyampaian dari Tim Afirmatif kemudian Tim Negatif dengan waktu dari masing-masing  tim 2 – 3 menit.
Pelaksanaan debat sebagai suatu pendekatan pembelajaran di sekolah, debat diakhiri dengan tanpa menentukan pemenang. Karena yang dicapai melalui metode debat dalam pembelajaran di sekolah semata-mata adalah mengembangkan wawasan, kemampuan berpikir secara sistematis, kemampuan berbicara didepan orang banyak, kemampuan bernegosiasi dan yang paling utama adalah penguasaan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar  oleh siswa melalui metode debat.
Baca juga:
Advertisement
Advertisement
 
Bagikan ke orang lain!!
